Dunia yang dinamis menuntut pemimpin Kristiani punya standar kepemimpinan yang tinggi. Terlebih, situasi pasca pandemi turut menambah tantangan yang tak mudah bagi banyak pemimpin rohani. Misalnya, resesi ekonomi nasional, kesehatan mental dan emosional umat, membangun kembali rutinitas ibadah gerejawi yang sempat terganggu karena PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), dan vitalitas rohani diri sendiri. Semua ini menjadi tantangan umum bagi para hamba Tuhan, bukan hanya yang berada di dalam negeri, tapi juga di banyak negara lainnya, dan dari beragam denominasi.

Dalam masa yang penuh tantangan ini, menjadi seorang pemimpin Kristen yang sejati tampak menjadi lebih penting daripada sebelumnya. Sebagai pengikut Yesus Kristus, kita telah dipanggil untuk menjadi teladan dan melayani orang lain dengan kerendah-hatian, kebaikan, dan kasih. Kita dipanggil untuk menjadi terang dunia, membawa harapan bagi mereka yang terhilang, dan mewartakan Kabar Baik.

Namun, apa artinya menjadi pemimpin Kristen sejati di dunia yang dinamis seperti sekarang ini? Bagaimana kita dapat menjadi pemimpin yang Allah inginkan? Berikut adalah beberapa pemikiran yang bisa kita renungan bersama:

Seorang pemimpin Kristen yang sejati adalah seseorang yang hidup sesuai dengan sabda Tuhan.

Pertama, seorang pemimpin Kristen yang sejati adalah seseorang yang hidup sesuai dengan sabda Tuhan. Poin ini menjadi signifikan mengingat tidak sedikit pemimpin Kristen yang jatuh dalam dosa ketika mereka sedang berada di puncak pelayan. Hal ini tentu mengundang keprihatinan kita semua. Untuk itu, menjadi pemimpin yang setia pada firman Allah adalah sangat penting. Kita diajak untuk mengikuti ajaran Guru Agung Yesus Kristus dan meneladan karakter-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Melalui kesungguhan meneladan Dia sajalah kita dapat berlatih menjadi orang-orang yang berintegritas, jujur, dan rendah hati.

Pemimpin Kristen perlu berkomitmen mengembangkan hubungan yang mendalam dan autentik dengan Tuhan melalui doa, saat teduh, dan mempelajari Alkitab.

Kedua, seorang pemimpin Kristen sejati adalah seseorang yang memiliki jam doa secara disiplin dan mencari bimbingan Tuhan dalam segala hal yang mereka lakukan. Para pemimpin Kristen memahami bahwa tanpa hikmat dan bimbingan Tuhan, usaha mereka akan sia-sia. Mereka berusaha memahami kehendak Tuhan bagi kehidupan mereka dan kehidupan orang-orang yang mereka pimpin, dan mereka percaya pada kesetiaan dan kebaikan-Nya. Tanpa jam doa pribadi (saat teduh) yang disiplin, mustahil seorang pemimpin Kristen dapat memimpin umat secara fit dan layak. Seperti halnya Jonathan Edwards dan John Wesley yang memberikan penekanan yang kuat pada kesalehan pribadi dan disiplin spiritual, keduanya percaya, para pemimpin Kristen perlu berkomitmen mengembangkan hubungan yang mendalam dan autentik dengan Tuhan melalui doa, saat teduh, dan mempelajari Alkitab.

Ini sama artinya bahwa setiap pemimpin diundang memprioritaskan pertumbuhan dan perkembangan rohaninya sendiri. Untuk itu, Anda diajak meluangkan waktu untuk berdoa secara disiplin, mempelajari Alkitab, dan bergairah dalam melayani umat atau komunitas yang Tuhan percayakan pada Anda (Roma 12:11). Edwards dan Wesley menemukan bahwa perhatian pada kesehatan rohani pribadi sangat penting demi mengembangkan karakter dan nilai-nilai yang diperlukan untuk kepemimpinan Kristen yang tangguh dalam dunia penuh dinamika ini.

Pemimpin Kristen wajib memprioritaskan melayani umat atau komunitas yang ia layani di atas ambisi pribadi.

Ketiga, mendahulukan kebutuhan orang lain. John Wesley menyatakan pemimpin sejati perlu memiliki jiwa yang rendah hati dan tidak mementingkan diri sendiri. Melayani orang lain dengan cinta adalah kunci menjadi pemimpin Kristiani yang berhasil dalam dunia yang dinamis pasca pandemi seperti sekarang. Konsep kepemimpinan pelayan Wesley dapat disederhanakan sebagai gagasan bahwa pemimpin Kristen wajib memprioritaskan melayani umat atau komunitas yang ia layani di atas ambisi pribadi. Dengan memiliki kerendah-hatian, seorang pemimpin dapat memuliakan Tuhan dalam pelayanannya.

Hal ini menjadi penting, mengingat para pemimpin Kristen masa kini selalu digoda untuk mencari popularitas diri sendiri dan “ingin” dikultuskan. Tentu, tidak semua pemimpin seperti demikian, tetapi fenomena semacam ini jamak dijumpai dalam komunitas-komunitas Kristiani yang ada. Jonathan Edwards pernah mengingatkan, bahwa kemuliaan Tuhan harus menjadi tujuan akhir kehidupan manusia dan segala sesuatu yang kita lakukan haruslah berorientasi untuk memuliakan Tuhan (1 Korintus 10:31; Kolose 3:23). Fokus pada kemuliaan Tuhan ini dapat diterapkan pada kepemimpinan Kristen masa kini. Maksudnya, para pemimpin perlu berusaha memimpin jemaah atau komunitasnya dengan cara yang memuliakan Tuhan dan memajukan kerajaan-Nya, bukan demi kekayaan atau popularitas pribadi (Yohanes 3:30; Amsal 16:18).

Keempat, bertanggung jawab (Accountability). Para pemimpin Kristen wajib bertanggung jawab kepada jemaat atau komunitas ia layani. Orang-orang ini dapat memberikan dukungan sekaligus koreksi yang dibutuhkan seorang pemimpin rohani. Untuk itu, ia membentuk kelompok-kelompok kecil di mana para anggotanya akan bertemu secara teratur untuk berbagi perjalanan rohani dan saling menguatkan komitmen pribadi mereka kepada Kristus. Pendeta Wesley menekankan pentingnya pertanggungjawaban dalam kehidupan Kristen, dan percaya bahwa orang Kristen membutuhkan dukungan dan pertolongan orang lain untuk tetap berada di jalan yang benar dan bertumbuh dalam iman.

Kelima, mengakui kedaulatan Allah. Hidup manusia tidak bisa lepas dari kedaulatan Allah. Allah memegang kendali atas segala sesuatu dan kehendak-Nya pada akhirnya yang terjadi pada manusia (Ayub 42:2; Amsal 16:1; Yesaya 46:10; Roma 11:33-36; Efesus 1:11-12). Kebenaran ini bisa sangat berharga bagi para pemimpin Kristen karena dapat memberikan rasa aman, percaya, dan kepastian bahwa Tuhan pada memegang kendali, bahkan di tengah keadaan dunia yang dinamis seperti sekarang.

Dunia yang dinamis pasca pandemi mengingatkan setiap pelayan Tuhan akan pentingnya standar kepemimpinan yang tinggi. Pertumbuhan dan perkembangan rohani pribadi pemimpin Kristen adalah sangat penting, sebagaimana pernah diajarkan John Wesley dan Jonathan Edwards. Memprioritaskan pertumbuhan rohani pribadi, mengutamakan kebutuhan orang lain, memuliakan Tuhan dalam segala hal, bertanggungjawab kepada jemaat, dan mengakui kedaulatan Tuhan perlu ditumbuh-kembangkan setiap pemimpin Kristen untuk mengatasi tantangan-tantangan yang dihadapi di dunia saat ini.

Umat Tuhan yang bergumul dalam dunia yang dinamis membutuhkan pimpinan dan pendampingan dari para teladan rohani yang baik, yaitu pemimpin yang memiliki vitalitas rohani baik. Pula, para pemimpin Kristiani yang berkarya di tengah umat dapat menghubungkan generasi sekarang dan yang akan datang melalui gaya kepemimpinan yang peduli dan rendah hati. Pemimpin rohani dapat menjadi teladan yang membantu komunitas Kristiani atau gereja dalam merespons tantangan dunia dan keadaan yang berubah dengan tetap berpijak pada sabda Tuhan dan nilai-nilai yang pernah disampaikan oleh Wesley dan Edwards.

Anda diberkati dengan materi ini?
Pastikan Anda tidak ketinggalan artikel terbaru kami lainnya.

Klik untuk DAFTAR