Sebagai seorang pemimpin rohani yang menggembalakan dan melayani jemaat Tuhan di suatu gereja tentunya patut mendapat upahnya (Lukas 10:7). Entah upah yang didapatkan berupa kebutuhan pokok ataupun bentuk lainnya, semuanya patut untuk disyukuri. Bagi mereka yang melayani di perkotaan, biasanya menerima upah mereka (gaji atau persembahan kasih) dalam bentuk uang.
Salah satu tantangan yang dihadapi oleh para pemimpin rohani di kota-kota besar adalah bagaimana mengatur keuangan mereka dengan baik. Mereka perlu bertanggung jawab atas pendapatan yang diterima. Dengan demikian, mereka dapat menjadi teladan bagi umat dalam hal pengelolaan keuangan yang sesuai dengan kehendak Tuhan.
Pada hari-hari ini, meningkatnya minat pendeta menginvestasikan uang mereka perlu diapresiasi. Dengan berinvestasi, hamba Tuhan dapat mulai mempersiapkan cara pemenuhan kebutuhan di masa depan dengan memanfaatkan dana yang ia miliki saat ini. Namun, yang perlu diingat, di tengah banyaknya tawaran menarik yang disodorkan, marak pula kasus penipuan dan kasus investasi yang gagal. Oleh sebab itu, prinsip pruden atau kehati-hatian tetap perlu melandasi keputusan investasi tersebut. Sikap pruden merupakan kemampuan memikirkan dengan bijak dalam menilai keputusan finansial apa yang akan diambil.
Suatu keluarga hamba Tuhan yang saya kenal, beberapa waktu lalu menginvestasikan uang mereka sebesar 100 juta rupiah ke dalam sebuah tawaran investasi yang saat itu ditawarkan oleh anggota jemaatnya sendiri. Janji yang disampaikan adalah dana tersebut akan berkembang menjadi berlipat ganda. Tertarik dengan tawaran investasi itu, maka “ditanamlah” uang itu, diikuti dengan keluarga lain dari gereja yang sama dengan menanam ratusan juta pada orang tadi. Tetapi, setelah sekian waktu hasil investasi yang dijanjikan itu tak kunjung jadi kenyataan, bahkan anggota jemaat yang menerima dana investasi tersebut melarikan diri, tidak diketahui keberadaannya, dan tidak bisa dihubungi. Hingga kini.
Investasi bukan Dosa
Investasi adalah tindakan yang baik dan menunjukkan sikap peduli pada masa depan. Giat investasi sendiri bukanlah hal baru. Dalam perumpamaan tentang talenta (Lukas 19:11-27) tersirat bahwa kita diundang menjadi penatalayan yang baik atas waktu, bakat, dan uang yang Tuhan percayakan kepada kita. Dalam bidang finansial, perhatikan nats berikut ini, “Lalu ia memanggil 10 orang hambanya dan memberikan 10 mina kepada mereka.” Kata Sang Tuan, “Pergunakanlah uang ini, sampai aku kembali'” (Lukas 19:13). Ternyata ada hamba yang lalai mengelola uang itu, dan sang tuan mengatakan, “Kalau begitu, mengapa engkau tidak menyimpan uang itu dalam deposito, sehingga ketika aku kembali, aku dapat mengambilnya dengan bunganya?” (Lukas 19:23).
Saya percaya, mengelola keuangan yang baik mencakup berinvestasi secara bijaksana. Alkitab tidak menolak giat investasi, jadi investasi pada dirinya sendiri bukanlah dosa. Tetapi, dalam mengelola keuangan termasuk berinvestasi, kita diajak untuk bijaksana dan mengambil keputusan yang bertanggung jawab. Karena tujuan investasi keuangan tidaklah sekadar mendapat profit atau membantu kita memenuhi kebutuhan sehari-hari, menghidupi keluarga kita (1 Timotius 5:8), melainkan juga mengembangkan sumber daya yang dipercayakan kepada kita. Sehingga, kita dapat memberkati orang lain dan memberikan dampak yang lebih besar bagi Kerajaan Allah. Dengan berinvestasi secara strategis, kita dapat menghasilkan dana tambahan untuk mendukung pelayanan, misi, dan diakonia, menyebarkan kasih Kristus sampai ke ujung bumi.
Berinvestasi dengan Bijaksana
Sebagai hamba Tuhan, kita perlu belajar tentang prinsip-prinsip investasi dan strategi meminimalisasi risiko untuk membuat keputusan yang tepat. Di sinilah pentingnya mencari nasihat profesional, berkonsultasi dengan mereka yang memahami strategi investasi. Pendeknya, para pendeta yang menginvestasikan uang mereka perlu menerapkan sikap pruden, menunjukkan kebijaksanaan dan kehati-hatian dalam pengambilan keputusan keuangan (Amsal 15:22, Yakobus 1:5).
Memuliakan Allah dengan investasi kita bukanlah hal mustahil. Saya mengenal seorang yang begitu cermat dan hati-hati berinvestasi, sehingga ia mendapat hasil yang sangat baik. Ia melupakan semua hasrat untuk cepat menjadi kaya, dan sabar meneliti, berhitung akan investasi yang akan ia putuskan. Dengan cara seperti itu, ia mampu meminimalisasi risiko gagal investasi yang bisa saja ia terima jika tidak berhati-hati atau tergesa-gesa.
Dengan memahami konsep pruden atau kehati-hatian, mengenali pentingnya investasi, dan menerapkan strategi praktis, para pendeta dapat secara efektif mengelola sumber daya keuangan mereka dengan tetap fokus pada pelayanan mereka kepada umat. Sebagai pemimpin rohani, para pendeta memiliki tanggung jawab mengelola keuangan mereka dengan bijaksana, mengusahakan stabilitas finansial di hari depan, dan memungkinkan mereka untuk melanjutkan pelayanan mereka dengan integritas. Kita diajak untuk menerapkan kehati-hatian dalam upaya investasi kita. Tuhan memberkati investasi Anda.
Pastikan Anda tidak ketinggalan artikel terbaru kami lainnya.
Klik untuk DAFTAR