“Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu,
dan tidak ada rencana-Mu yang gagal.”
(Ayub 42:2)

Banyak orang menggantungkan keputusannya pada prakiraan cuaca yang akurat. Demikian kata pakar prakiraan cuaca Sebastian Scher and Gabriele Messori. Hal ini karena prediksi cuaca bisa dipakai merencanakan dan membuat keputusan yang tepat dalam kehidupan sehari-hari, seperti menyesuaikan rencana dan mempersiapkan diri dalam melaksanakan agenda pekerjaan. Terlebih, pada industri transportasi udara, pihak air traffic di bandara dan pilot sangat bergantung pada prakiraan cuaca yang akurat demi memastikan penerbangan yang aman dan efisien. Pula di bidang lain, pertanian misalnya, petani mengandalkan prediksi cuaca yang tepat demi menentukan waktu terbaik untuk menanam dan memanen hasil panen.

Dalam memasuki tahun baru ini, prediksi apa yang kita gunakan? Apakah di tahun yang baru ini cuaca hidup kita selalu akan cerah, berangin, berawan, atau bahkan turun hujan badai? Tidak seorang pun bisa menjawabnya, sebab tak seorang pun yang tahu kan hari esok. Namun, yang pasti adalah tahun baru menyimpan beragam potensi realitas yang bisa kita hadapi. Tahun ini berisikan hari-hari yang sama seperti lembaran-lembaran waktu yang sudah kita jalani, hanya tahun kalendernya saja yang berubah. Tapi, di tahun ini kita punya kesempatan berbuat lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.

Tentu kita masih ingat akan pandemi yang menyelimuti kita belum lama ini. Satu per satu kabar buruk memasuki ruang pikir kita di masa itu. Kini, setelah wabah itu mereda, ternyata masih ada pukulan bertubi dari efek pandemi yang menyesakkan. COVID-19 masih belum sepenuhnya sirna, banyak bisnis yang belum pulih sejak pandemi, keraguan berinvestasi mengakibatkan dunia usaha tidak bergerak seperti yang diharapkan. Investasi di sektor pariwisata, hiburan, seni budaya, transportasi, kuliner yang sebelumnya cukup ramai diminati juga dilaporkan belum sepenuhnya pulih, dan bahkan dalam sektor religius, jumlah kehadiran anggota jemaat dalam kebaktian-kebaktian di gereja masih belum optimal seperti sebelumnya. Singkatnya, masih ada “yang kurang memuaskan” menyelimuti hidup manusia pasca wabah ini.

Namun, sebagai pelayan Kristus, setidaknya ada dua hal yang dapat kita sadari dalam situasi “kurang memuaskan” atau “penderitaan” ini. Pertama, penderitaan bisa menjadi sarana belajar bagi orang percaya untuk semakin mengenal Allah. Kedua, meski diselimuti penderitaan, kita tahu bahwa Tuhan memegang kendali segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Nya yang gagal. Ya, penderitaan ternyata bisa menjadi sarana belajar orang percaya semakin mengenal Allah. Melalui penderitaanlah Ayub justru mengenal Allah. Sebelumnya, ia hanya tahu tentang Allah, tapi melalui kesulitan hidup, Ayub justru dapat mengenal-Nya secara pribadi. “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau,” ujar Ayub (42:5). Di dalam penderitaan, ketika hati kita tetap melekat kepada-Nya maka Allah akan membuka pintu pengenalan akan Dia. Penderitaan yang kita alami bukanlah kesempatan untuk bersungut-sungut atau merajuk kepada Tuhan, tapi justru menjadi peluang bagi kita semakin merendahkan hati dan menaati Tuhan. Ayub, Musa, Yusuf, dan banyak tokoh iman lain juga telah menunjukkan bahwa melalui penderitaan mereka belajar mengenal Allah.

Penderitaan merupakan kesempatan untuk belajar. Filsafat Yunani Klasik mengenal sebuah istilah yang disebut: pathei mathos, atau belajar lewat penderitaan. Dikisahkan, Zeus menetapkan sebuah hukum bahwa hanya penderitaan adalah guru kita satu-satunya. Makna dari pernyataan itu adalah bahwa melalui penderitaan seseorang dapat belajar dari situasi sulit itu dan tidak menjadi lemah. Ide ini menggaung kembali pada gagasan para pemikir seperti Soren Kierkegaard, Fyodor Dostoevsky, dan Simone Weil. Tentu, pathei mathos tidak boleh ditafsirkan bahwa kita diajak memuja penderitaan, tapi sebagai umat beriman kita diundang melihat penderitaan bukanlah situasi buruk yang stagnan.

Penderitaan menyimpan kesempatan bagi manusia yang mengalaminya belajar sesuatu atau banyak hal baru, yang meniscayakannya semakin mengakui kebesaran hikmat dan pikiran Allah. Seperti kata Paulus, “Alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya” (Roma 11:33). Di saat yang sama, meski diselimuti penderitaan, kita tahu bahwa Tuhan sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Nya yang gagal. Sebagai pelayan Kristus, patut diakui bahwa hidup tidak selalu terbebas dari kesulitan dan penderitaan. Namun, di tengah-tengah segala tantangan tersebut, kita dapat bertahan karena Allah tidak gagal menopang kita dan menjalankan rencana-Nya atas hidup kita. Seperti yang Paulus katakan, “Ia yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus” (Filipi 1:6).

Sebagian dari kita mungkin dihadapkan pada masa-masa sulit di tahun sebelumnya yang membuat kita merasa terombang-ambing di lautan kesulitan. Tetapi, di kala penderitaan menyelimuti, Roh Kudus dengan lembut mengingatkan pada semua sabda Tuhan yang akan menguatkan kita (Yohanes 14:26). Tidak ada satu pun kuasa yang dapat membatasi Dia (Efesus 3:20-21). Dalam memasuki tahun baru ini, apa prediksi Anda tentang kehidupan Anda sendiri? Apakah cuaca hidup Anda selalu akan cerah, berangin, berawan, atau bahkan turun hujan badai? Mungkin tidak mudah untuk tidak khawatir, sabda Tuhan mengajak kita untuk belajar menyerahkan segala kekhawatiran kepada Dia yang memelihara kita (1 Petrus 5:7). Bahkan, Guru Agung kita, Yesus, berkata, “Janganlah khawatir akan hidupmu” (Matius 6:25).

Jika tahun sebelumnya mewarnai lembar-lembar hari kita dengan keindahan dan tantangan, maka tahun ini pun menyimpan potensi yang sama. Akan ada kesempatan-kesempatan bagi kita merenungkan kebaikan dan karakter Allah di dalam setiap tantangan hidup. Pula, yang tak kalah penting, tahun baru menyimpan peluang bagi kita untuk berbuat lebih baik dari tahun sebelumnya. Ada pintu-pintu yang terbuka bagi kita untuk berlaku bajik pada orang-orang di sekitar, terutama terhadap mereka yang kita sayangi. Di awal tahun yang baru ini, sebagai pelayan Kristus, kita diajak untuk saling mendukung dan menguatkan satu sama lain dalam iman kita. Bersama-sama, kita belajar melalui penderitaan untuk semakin mengenal Allah, dan tetap saling mendoakan agar Tuhan tetap menopang kita, seraya tetap percaya bahwa tidak ada rencana Allah yang gagal dalam hidup kita.

 

Anda diberkati dengan materi ini?
Pastikan Anda tidak ketinggalan artikel terbaru kami lainnya!
Klik untuk DAFTAR