Pergantian kepemimpinan dalam suatu organisasi atau lembaga seringkali menjadi hal yang sulit, terutama bagi orang yang meneruskan tampuk kepemimpinan selanjutnya. Tidak jarang mereka merasa tidak mampu, khususnya bila orang yang mereka gantikan telah menduduki jabatan itu cukup lama. Dapatkah Anda membayangkan bagaimana perasaan Yosua ketika harus menggantikan Musa?
Musa telah memimpin bangsa Israel selama 40 tahun. Di bawah kepemimpinannya, banyak pekerjaan besar yang telah dilakukan. Bangsa Israel dipimpin meninggalkan Mesir setelah sepuluh tulah yang diberikan Allah, perjalanan di padang gurun selama 40 tahun dengan makan manna, minum dari air yang keluar dari bukit batu, kemenangan atas banyak pertempuran bahkan melawan pasukan-pasukan yang lebih kuat.
Yosua ada di tengah peristiwa-peristiwa tersebut, melayani bersama Musa namun selalu menerima perintah dari Musa, yang meneruskan instruksi itu dari Allah. Yosua hanya menjalankan apa yang diminta atau diperintahkan saja. Ia sendiri tidak pernah berhadapan secara langsung dengan Allah. Lalu Musa menumpangkan tangannya atas Yosua, dan menetapkan dia sebagai pemimpin yang baru. Menurut Anda, apa pesan pertama Allah kepada pemimpin baru ini? Anda mungkin terkejut.
“Hamba-Ku Musa telah mati” (Yosua 1:2a)
Sungguh tidak biasa ketika Allah memulai percakapan langsungnya dengan Yosua dengan kalimat tersebut. Bukankah sudah jelas Yosua mengetahui bahwa Musa telah mati? Bukankah di pasal terakhir kitab Ulangan diceritakan tentang kematian Musa? Mari kita lihat pasal 34:5-6, “Lalu matilah Musa, hamba TUHAN itu, di sana di tanah Moab, sesuai dengan firman TUHAN. Dan dikuburkan-Nyalah dia di suatu lembah di tanah Moab, di tentangan Bet-Peor, dan tidak ada orang yang tahu kuburnya sampai hari ini.”
Allah telah menetapkan bahwa Musa, pemimpin Israel itu, tidak akan memasuki Tanah Perjanjian karena tidak patuh kepada Allah, yaitu ketika ia memukul batu alih-alih berbicara kepadanya untuk mengeluarkan air. Namun, Allah mengizinkan Musa melihat tanah yang akan menjadi milik bangsa Israel itu dari atas Gunung Nebo, tempat ia meninggal.
Jadi, bagaimana bangsa Israel bisa memastikan bahwa Musa benar-benar sudah mati? Allah sendiri yang menyampaikan kabar itu kepada Yosua, “Hamba-Ku Musa itu telah mati.” Maksud Allah kepada Yosua adalah menyatakan bahwa Musa sudah pergi! Tidak penting ke mana perginya. Sekarang kamu yang mengambil alih!
Mari kita lihat bagaimana Yosua menghadapi transisi kepemimpinan ini. Mungkin, ia masih berharap Musa ada untuk membimbing dia dengan hikmatnya sampai ia bisa berdiri sendiri. Tapi, Allah dalam kedaulatan-Nya “menarik” Musa, sehingga Yosua harus berdiri sendiri. Tidak ada orang yang tidak tergantikan di dunia ini. Yang kekal adalah pekerjaan Allah yang terus berjalan tanpa terputus. Orang-orang yang dipakai (alat) dapat berganti tetapi Pemimpin utamanya kekal, tak tergantikan.
Alat di Tangan Allah
Kita semua adalah alat di tangan Allah. Dia yang memutuskan kapan akan berhenti memakai alat ini dan mengambil alat lain dari dalam lemari penyimpanan peralatan-Nya. Hal itu akan Dia lakukan. Musa sudah meninggal, lantas bagaimana? Apakah ini berarti Allah berhenti melaksanakan maksud dan rencana-Nya? Tidak! Apa yang sudah dilakukan Musa tidak dilupakan. Allah sendiri memanggil Musa “hamba-Ku” ketika Dia mengatakan bahwa Musa sudah mati. Sebagai hamba, Musa melakukan apa diperintahkan kepadanya. Ketika tiba saatnya ia harus pergi, maka ia pergi.
Anda mungkin mengira Allah akan menjabarkan rencana pertempuran untuk menaklukkan tanah Kanaan kepada Yosua, tetapi nyatanya tidak! Malah, berikutnya Allah berkata kepada Yosua, “Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini…” Senjata terpenting yang harus dimiliki Yosua bukanlah baju zirahnya, tamengnya atau pedangnya, melainkan sabda Tuhan.
Sebagai hamba Tuhan, kita semua menghadapi peperangan rohani. Tidak penting sepintar apa, sebanyak apa koneksi atau seberapa kuat kita; itu semua tidak sebanding dengan kuat kuasa firman Allah! Dia telah memberikan sabda-Nya dan sama seperti Dia ingin Yosua tahu, Dia juga ingin kita tahu dengan benar bahwa kita harus hidup di dalam firman dan terus memperkatakannya. Itulah yang Allah maksudkan ketika berkata, “Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini!”
Allah memberitahu Yosua cara agar sabda-Nya selalu ada di hati dan mulut Yosua, yaitu dengan merenungkannya siang dan malam dan melakukan apa yang tertulis. Layaknya makanan, kita perlu “mengunyah” firman dengan baik, merenungkan dan memikirkannya. Yosua diperintahkan untuk merenungkan sabda Tuhan, menghayatinya. Inilah yang kita sebut dengan bersekutu dengan Kitab Suci (Bible Engagement).
Allah Berperang bagi Anda
Tentu, Alkitab bukanlah buku yang menyediakan langkah-langkah praktis untuk kita jika menghadapi suatu masalah. Ia adalah terang bagi kita agar tahu ke mana melangkah dan bahaya yang kita hadapi. Tentu saja untuk mengetahui itu kita membutuhkan pertolongan Roh Kudus yang memimpin kita. Ia akan memakai cara-cara yang berbeda untuk membawa kita melewati rintangan-rintangan yang ada dalam pelayanan kita.
Mari kita lihat bagaimana Allah menunjukkan kepada Yosua bahwa Dialah yang berperang bagi Israel ketika mereka akan memasuki kota Yerikho (Yosua 5:13-15). Bangsa Israel telah berhasil secara ajaib menyeberangi Sungai Yordan. Mereka merayakan Paskah yang mengingatkan mereka bagaimana Allah telah membawa mereka keluar dari Mesir. Sekarang mereka sampai di depan kota Yerikho dengan temboknya yg tinggi. Ketika Yosua berdiri di sana memikirkan bagaimana ia bisa mengambil alih kota itu, ia melihat sosok laki-laki berdiri di depannya dengan pedang terhunus. “Kawankah engkau atau lawan?” Ia bertanya.
Kita melihat Yosua yang berpikir bahwa menaklukkan Tanah Perjanjian sepenuhnya bergantung kepada dirinya, panglima tentara Israel. Tetapi, orang yang dilihatnya dengan pedang terhunus itu mematahkan semua pemikirannya. Orang tersebut adalah Panglima Bala Tentara Allah yang memimpin sejumlah tentara surga yang tidak kelihatan, yang berperang di samping Yosua dan bangsa Israel!
Melalui pertemuan ini, Yosua (sama seperti Musa) memasuki perjumpaan pribadi dengan Tuhan! Allah telah memakai Musa selama masa hidupnya untuk melakukan apa yang Dia perintahkan. Sekarang, Allah memakai Yosua utk melanjutkan dan menyelesaikan apa yang Dia perintahkan kepada Musa!
Ketika menghadapi tugas pelayanan yang besar, jangan pernah merasa sendirian, karena Tuhan mengatakan dalam pesan terakhir-Nya sebelum meninggalkan murid-murid-Nya, “Aku akan menyertaimu sampai akhir zaman” (Matius 28:20). Janji Allah kepada Yosua dan janji Yesus kepada murid-murid-Nya juga berlaku bagi kita hari ini. Hanya sama seperti Musa dan Yosua, kita perlu mengalami perjumpaan pribadi dengan Allah yang hidup.
Pemimpin Rohani
Ketika Yosua sedang mengamati tembok Yerikho, seorang laki-laki dengan pedang terhunus berdiri di depannya. “Kawankah engkau atau lawan?” tanya Yosua. “Akulah Panglima Balatentara TUHAN,” jawabNya. “Tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat engkau berdiri itu kudus” (Yosua 5:13-15). Kejadian ini kedengarannya familier, bukan? Musa juga mendapatkan pengalaman yang sama ketika Allah pertama kali datang menemuinya dalam wujud semak duri yang menyala tapi tidak dimakan api dalam Keluaran 3, dan Allah mengatakan kepada Yosua apa yang Allah katakan kepada Musa waktu itu.
Apakah Anda memiliki perjumpaan pribadi dengan Tuhan? Mungkin yang kita alami tidak seperti Musa dan Yosua. Begitu juga perjumpaan Saulus, atau Petrus dengan Tuhan. Semuanya memiliki cara yang berbeda, tetapi mereka mengakui bahwa Allah berdaulat penuh atas hidup mereka. Jadi, hal yang perlu ditekankan adalah bagaimana kita terus memandang kepada Yesus (Ibrani 12:2).
Saya percaya kita semua memiliki mentor dalam perjalanan hidup kita dan bersyukur untuk mereka yang memperhatikan dan membantu kita mencapai tujuan dalam hidup ini, apa pun itu. Tapi, peran mentor sungguh berbeda dengan pemimpin rohani yang mengarahkan Anda kepada Tuhan Yesus Kristus sendiri. Yohanes Pembaptis adalah contoh pemimpin yang seperti itu. Dia tidak menghentikan murid-muridnya ketika beralih untuk mengikuti Yesus.
Sungguh penting bagi kita mengerti konsep ini dengan jelas saat kita melayani Tuhan bersama-sama. Kita tidak memuridkan untuk pihak lain, tapi kita dipanggil untuk menjadikan semua bangsa murid Yesus Kristus. Mari katakan kepada orang-orang yang kita layani, “Jangan melihat kepadaku, pandanglah pada Yesus Kristus. Suatu hari nanti, saya mungkin mengecewakan kalian, walaupun saya tidak mengharapkan itu. Tapi, bila Anda memandang kepada Pribadi yang tidak pernah gagal dan tidak akan pernah meninggalkan kita, maka imanmu akan didasarkan pada Batu Karang yang teguh dan tidak akan runtuh karena bukan dibangun di atas pasir kelemahan manusia.”
Selamat memimpin!
Anda diberkati dengan materi ini?
Pastikan Anda tidak ketinggalan artikel terbaru kami lainnya.