Seorang anak laki-laki sedang mengangkut jerami di jalan ketika sebuah gerobak jatuh di depan rumah seorang petani. Lalu petani itu ke luar, melihat anak laki-laki itu menangis, dan berkata, ”Nak, jangan khawatir tentang ini, kami bisa memperbaikinya. Saat ini, makan siang sudah siap. Mengapa kamu tidak masuk dan makan bersama kami, lalu saya akan membantumu mengembalikan jerami ke gerobak.”

Anak laki-laki itu menjawab, ”Tidak, saya tidak bisa. Ayah saya akan sangat marah kepada saya.” Petani itu berkata, ”Jangan khawatir, sekarang kamu masuk saja dan makan siang, kamu pasti akan merasa lebih baik.” Anak laki-laki itu berkata, ”Saya hanya takut ayah saya akan sangat marah kepada saya.” Petani dan anak laki-laki masuk ke dalam lalu bersantap siang. Setelah itu, saat mereka berjalan ke luar menuju tempat jerami, petani itu berkata, ”Nak, apakah kamu tidak merasa lebih baik setelah makan enak itu?” Anak laki-laki itu berkata, ”Ya, tapi saya tahu ayah saya akan sangat marah pada saya.” Petani itu berkata, ”Omong kosong. Di mana ayahmu?” Anak laki-laki itu menjawab, ”Dia di bawah gerobak itu.”

Bagi si anak, mengecap kebaikan dari orang yang tidak dikenalnya belum dapat meredakan kegelisahan dan ketakutan yang dirasakannya mengingat sang ayah yang sedang dalam masalah.

Damai sejahtera Berpusat pada Allah

Bukankah kita juga sering mengalami hal yang sama dengan anak laki-laki tersebut? Kita berusaha untuk mengatasi ketakutan dan kekhawatiran kita dengan berbagai upaya dan hal. Namun, pada akhirnya apa yang kita lakukan dan dapatkan tidak mampu memberikan ketenangan dan kedamaian. Kedamaian sesungguhnya tidak bergantung kepada apa yang terjadi di luar diri kita. Ia tidak dapat diciptakan oleh kita, tetapi pemberian Raja Damai. Hanya Tuhan yang dapat memberi kita kedamaian sejati yang berhubungan dengan Tuhan, orang lain, dan diri kita sendiri.

Alkitab memberitahukan bahwa kedamaian yang Yesus berikan berbeda dari dunia karena tidak bergantung pada situasi dan melampaui semua pengertian. Dengan kata lain, damai sejahtera yang Dia berikan adalah adikodrati.

Kedamaian adalah salah satu kebijaksanaan hidup yang paling dicari. Ketika menyusuri buku-buku tentang kedamaian di situs Amazon, saya mendapatkan lebih dari 50.000 judul buku. Hal ini bisa menggambarkan bahwa kedamaian adalah hal yang banyak dicari oleh manusia.

Kita hidup di lautan yang sarat badai penderitaan, dan semua orang ingin meraih pelampung yang dapat membuat mereka tetap bertahan. Suatu penelitian mengatakan bahwa setidaknya ada lima juta orang di dunia mengonsumsi pil agar dapat tidur di malam hari. Seorang pria yang kecanduan bahkan memasang alarm jannya untuk membangunkan dirinya sendiri setiap tengah malam supaya bisa meminum pil tidurnya.

Kita semua ingin memiliki kedamaian. Namun pertanyaannya adalah, bagaimana kita menemukan kedamaian sejati di dunia yang tercemar dosa sehingga menghadirkan begitu banyak masalah?

Pertama-tama, kita perlu berdamai dengan Allah atau diperdamaikan dengan Dia. Alkitab menegaskan, “Semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23). Sebagai manusia berdosa, kita adalah musuh Allah (Roma 5:10). Sifat manusia yang berdosa adalah memberontak terhadap Allah, menolak hukum Allah (Roma 8:7). Hasilnya adalah perseteruan yang terus-menerus dengan Allah dan juga antar manusia.

Sebagai orang berdosa, kita terpisah dari Allah. Akibatnya, kita kehilangan sukacita, kedamaian, persekutuan dengan Allah, serta hidup yang kekal. Oleh karena itu, untuk mendapatkan damai sejahtera sejati, kita harus diperdamaikan dengan Allah. Kita perlu percaya bahwa Yesus Kristus telah mati di kayu salib untuk menebus kita, mengampuni dosa-dosa kita, dan bangkit kembali pada hari ketiga. Kita perlu menerima dan mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat, sehingga kita beroleh anugerah untuk menjadi anak-anak-Nya.

Tidak seorang pun dapat mengalami kedamaian sejati, kecuali mereka memiliki Allah yang kita kenal di dalam Yesus Kristus.

Rasul Paulus berkata, “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus” (Roma 5:1). Dunia dapat menawarkan ketenangan dari waktu ke waktu, tetapi itu bukanlah kedamaian sesungguhnya. Tidak seorang pun dapat mengalami kedamaian sejati, kecuali mereka memiliki Allah yang kita kenal di dalam Yesus Kristus.

Yesus adalah Raja Damai. Hal tersebut ditegaskan oleh nubuatan Nabi Yesaya, “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.” (Yesaya 9:6 ) Jadi, hanya Dia yang bisa memberikan kedamaian seutuhnya.

“Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” Yesus mengatakan (Yohanes 14:27), kedamaian yang Dia berikan berbeda dari apa yang diberikan dunia. Ini menjelaskan mengapa orang yang mencari kedamaian di tempat lain tidak akan pernah menemukan kedamaian pada akhirnya.

Yesus meninggalkan damai-Nya bersama kita. Kedamaian yang memungkinkan kita berdiri tenang dalam badai kehidupan yang paling parah sekalipun. Kedamaian-Nya adalah kedamaian yang akan memungkinkan Dia mengampuni orang-orang ketika mengalami rasa sakit penyaliban yang begitu menyiksa.

Ketika Bertrand Russell berada di ranjang kematiannya, dia meminta istrinya, Edith Finch, untuk memeluknya, dan berkata, “Sayangku, saya telah mencari kedamaian sepanjang hidup saya, tetapi saya tidak pernah menemukannya, kecuali di lenganmu.” Kedengarannya cukup romantis, tetapi juga mengejutkan mereka yang mengenalnya sebagai salah satu “pembawa damai” terbesar abad ke-20 dan penerima Hadiah Nobel Perdamaian.

Pembawa damai yang hebat ini mengatakan bahwa dia tidak pernah menemukan kedamaian kecuali dalam pelukan istrinya. Jika Anda mengenal Bertrand Russell, Anda pasti tahu bahwa Edith adalah istri keempatnya. Ini adalah kekecewaan besar bagi mereka yang memandangnya sebagai tokoh ateis besar yang menerangkan bahwa manusia dapat menemukan kedamaian dan kebahagiaan di luar iman kepada Kristus, seperti yang terdapat dalam tulisannya “Mengapa Saya Bukan Seorang Kristen,” yang menjadi “kitab suci” bagi ateisme dan agnostisisme, setidaknya sampai batas tertentu.

Russell juga menulis sebuah buku pendek tapi terkenal, “The Conquest of Happiness,” di mana dia bergulat secara filosofis dengan isu-isu yang membuat kita tidak bahagia dan yang membuat kita bahagia. Saya yakin, hidupnya akan berbeda jika dia mengenal Yesus, percaya dan menyerahkan hidupnya kepada-Nya.

Kedua, kita perlu menaruh percaya kepada Tuhan. 2 Tesalonika 3:16 – “Dan Ia, Tuhan damai sejahtera, kiranya mengaruniakan damai sejahtera-Nya terus-menerus, dalam segala hal, kepada kamu. Tuhan menyertai kamu sekalian.” Paulus menyebut Yesus “Tuhan damai sejahtera.” Dengan kata lain, Yesus adalah Sumber Damai Sejahtera; Dia satu-satunya yang dapat memberikan damai sejahtera kepada kita setiap saat dan dalam segala hal. Entah itu jutaan atau milyaran tabungan di rekening bank, rumah atau mobil mewah, teman atau penggemar yang banyak, pesta, narkoba, minuman keras, dan bahkan agama, tiada hal di dunia ini yang bisa memberi kita kedamaian sejati.

Ketika kita percaya kepada Yesus dan menyerahkan hidup kita kepada-Nya, memercayai kasih, hikmat, kuasa, dan janji-Nya, kita dapat memiliki kedamaian, bahkan selama masa-masa sulit.

Tetapi, ketika kita percaya kepada Yesus dan menyerahkan hidup kita kepada-Nya, memercayai kasih, hikmat, kuasa, dan janji-Nya, kita dapat memiliki kedamaian, bahkan selama masa-masa sulit.

Saat Joey berusia empat tahun, kakak laki-laki saya membawanya ke mal di Surabaya. Ketika melihat pintu masuk mal, dia berlari ke dalam. Namun tiba-tiba, sebuah sepeda motor yang seharusnya tidak berada di area tersebut menabrak Joey. Dia jatuh telentang di lantai. Sepeda motor yang menabraknya tidak berhenti tapi melindas perut Joey dengan roda depan dan belakang lalu kabur. Dengan gugup, kakak saya membawa Joey ke dokter terdekat untuk diperiksa.

Sementara itu, dia menelepon saya yang berada di Kudus. Istri saya, Irany, pergi ke Sulawesi bersama Ivan dan Eric untuk berpamitan kepada orang tuanya sebelum berangkat ke Amerika pada Januari 2006. Setelah mendapat telepon dari kakak saya tentang Joey, saya menelepon istri dan menceritakan apa yang terjadi. Anehnya, meskipun kami memang terkejut, kami tidak panik. Kami berdoa memohon pertolongan Tuhan untuk Joey dan meminta hikmat apakah kami harus segera ke Surabaya atau tidak.

Hari itu adalah hari Selasa, di mana sore harinya, saya akan berkhotbah di Persekutuan Wanita. Setelah berdoa, Tuhan memberi kami berdua kedamaian. Kami merasakan jaminan Tuhan bahwa Joey akan baik-baik saja. Makanya kami tidak langsung ke Surabaya. Puji Tuhan, setelah evaluasi dan USG, dokter mengatakan bahwa Joey dalam keadaan baik bahkan setelah perut kecilnya ditabrak sepeda motor dua kali. Itulah contoh damai sejahtera yang Tuhan berikan kepada kita, setiap saat dan dalam segala hal ketika kita percaya dan berserah diri kepada-Nya. Seperti yang dikatakan Yesaya 26:3, “Yang hatinya teguh Kau Jagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya.”

Ketiga, kita perlu mengakui dosa-dosa kita. Tidak ada seorangpun yang menganut gaya hidup melanggar hukum Tuhan dapat memiliki kedamaian. “Tidak ada damai sejahtera bagi orang-orang fasik,” firman TUHAN. (Yesaya 48:22). Sekali lagi “Tiada damai bagi orang-orang fasik itu, firman Allahku.” (Yesaya 57:21). Allah, Pemberi Damai Sejahtera, adalah kudus. Kita akan kehilangan kedamaian ketika kita berbuat dosa, tidak mengakuinya, dan meminta pengampunan-Nya. Jadi, ketika Anda merasa cemas, sensitif, khawatir, dan takut, tanyakan pada diri sendiri apakah ada dosa yang perlu Anda akui.

Dosa itu bisa berupa kesombongan, kebohongan, kemarahan, nafsu, kebencian, roh yang tidak mau mengampuni, atau tidak menaati perintah Tuhan. Akui dosa Anda sehingga Tuhan akan mengampuni dan memberi Anda damai sejahtera-Nya. Mazmur 51 menunjukkan bagaimana Raja Daud kehilangan sukacita dan kedamaian dalam hidupnya karena dia menyembunyikan dosanya. Tetapi, setelah dia mengakuinya dan meminta pengampunan Tuhan, Tuhan memulihkannya. Ingatlah Mazmur 119:165 mengatakan, “Besarlah ketenteraman pada orang-orang yang mencintai Taurat-Mu, tidak ada batu sandungan bagi mereka.”

Keempat, kita harus dipenuhi atau dipimpin oleh Roh. Filipi 4:6-7 – “Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” Hidup ini penuh dengan hal-hal yang bisa membuat kita khawatir. Tetapi sebagian besar hal yang kita khawatirkan sebenarnya tidak pernah terjadi, jadi buat apa kita mengkhawatirkannya.

Dari pada membuang waktu untuk khawatir, lebih baik kita mempergunakan waktu kita untuk berdoa, sehingga kita akan memperoleh kedamaian. Berdoalah dalam segala sesuatu. Roma 15:33 – “Allah, sumber damai sejahtera, menyertai kamu sekalian! Amin.” Orang Kristen yang dipenuhi Roh akan memiliki kedamaian yang berlimpah, tersedia dalam setiap situasi, dan tidak seperti yang ditawarkan dunia. Ketika Roh memimpin, kita bisa bersikap seperti Yesus, yang tetap tenang di tengah badai yang menerjang perahu-Nya (Markus 4:35-40).

Yesus berjalan dalam damai. Bahkan selama badai, Dia tidur karena Dia mengenal Bapa-Nya, Dia tahu suara dan kehendak Bapa-Nya, dan Dia tidak takut pada tipu muslihat musuh. Dia memercayai Bapa-Nya yang memberikan kedamaian dalam setiap situasi. Allah juga mau kita juga berjalan dalam kedamaian yang sama. Roh Kudus yang ada di dalam diri kita akan menuntun kita menuju kepada kedamaian ketika kita senantiasa mendengarkan suara-Nya di atas segalanya.

 

“Anda akan menemukan kedamaian bukan dengan mencoba melarikan diri dari masalah Anda, tetapi dengan menghadapinya secara berani. Anda akan menemukan kedamaian bukan dalam penyangkalan, tetapi dalam kemenangan.” J. Donald Walters

Anda diberkati dengan materi ini?
Pastikan Anda tidak ketinggalan artikel terbaru kami lainnya.

Klik untuk DAFTAR