Oleh J.T. Reeves dan Douglas Sweeney

Mari kita tenggelam dalam penghayalan bersama, membayangkan kehadiran “kebangunan rohani” yang, meski sering kita bicarakan, sulit untuk didefinisikan secara pasti. Kita bayangkan, dalam imajinasi kita, bahwa doa-doa kita telah dijawab dan Roh Kudus turun atas kita.

Namun, apa yang akan terjadi selanjutnya? Apa yang sebenarnya bisa kita harapkan dari hal tersebut? Dan pertanyaan mendasar lainnya, apakah kita sebenarnya menginginkan “kebangunan rohani”?

Sebagian dari kita mungkin merasa ragu atau bahkan menolak ketika mendengar istilah “kebangunan rohani”. Berbagai pengalaman seperti manipulasi emosional, berita palsu, dan situasi yang tidak biasa telah membuat kita skeptis, bahkan cenderung menolak gagasan akan sebuah gerakan besar dan dramatis dari Tuhan. Meskipun peristiwa “Pencurahan Roh di Asbury” pada tahun 2023 kemarin mencuri kembali perhatian orang pada kebangunan rohani, banyak yang bertanya-tanya, apakah memang kita membutuhkan kebangunan rohani ini? Mengapa kita tidak cukup puas dengan pekerjaan biasa dari Roh Kudus?

Bila kita merenungkan sejarah kebangunan rohani – termasuk kehidupan Jonathan Edwards, peristiwa “bangku penyesalan” dalam Kebangunan Rohani Kedua, kontroversi sekitar Kebangunan Rohani di Azusa Street, dan kontroversial dari munculnya gerakan dan organisasi Moral Majority di tengah-tengah kebangunan rohani pada akhir abad ke-20 – kita mungkin meragukan apakah kita benar-benar menginginkan kebangunan rohani. Jawaban atas pertanyaan ini, tentu saja, tergantung pada apa yang kita harapkan didapatkan dari adanya kebangunan rohani. Jadi, seperti apa sebenarnya kebangunan rohani itu jika benar-benar terjadi?

  1. Kebangunan Rohani Menuntut Pengorbanan yang Besar.

Ketika mereka mendengar kabar Injil itu, hati mereka terpukul dan mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: “Apakah yang harus kami lakukan, Saudara-saudara?” (Kisah Para Rasul 2:37)

Ketika kebangunan rohani terjadi saat turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta, kita menyaksikan respons yang tiba-tiba dan mendalam. Di satu sisi, beberapa orang yang skeptis mengejek para murid karena berbicara dalam bahasa-bahasa lain, dengan menyatakan bahwa mereka mabuk (lihat Kisah Para Rasul 2:13). Di sisi lain, ada para pendengar yang merasa bersalah, terpukul, dan hati mereka tersentuh, menyebabkan mereka berlutut dan bertanya kepada para murid apa yang harus dilakukan untuk diselamatkan. Para murid harus dengan cepat mengatur ribuan orang percaya baru dan menghadapi penindasan yang semakin meningkat.

Kebangunan rohani memerlukan pengorbanan. Ia menuntut kita mengorbankan harga diri kita di mata orang lain. Mengubah pandangan kita terhadap diri sendiri. Dan terlebih lagi, itu membutuhkan waktu dan energi yang luar biasa.

Pada masa Kebangunan Besar Pertama, Jonathan Edwards mencatat dalam tulisannya tentang istrinya, Sarah, bahwa kadar sukacita dan kesakitan dari kebangunan rohani bisa “melampaui kerangka fisik kita.” Oleh karena itu, “belas kasihan terhadap [mereka yang terhilang] . . . tidak akan memberikan ketenangan atau dukungan, kecuali dengan datang kepada Allah dan memohon bagi mereka dalam doa” (Works of Jonathan Edwards, 4:338).

Proses kebangunan rohani sangat keras – pedang Roh yang menembus hati akan menghasilkan sesuatu yang melampaui pikiran kita (Ibrani 4:12; Efesus 6:17). Firman Tuhan akan melepaskan hati yang keras dan menggantikannya dengan hati yang baru dengan sangat cepat. Selama kebangunan rohani, kecepatan dan besarnya perubahan yang terjadi seringkali memicu emosi yang sangat kuat (dan terkadang palsu) – menimbulkan kesinisan yang membawa pemisahan. Pedang kebenaran cenderung memisahkan kelompok pro kebangunan rohani dan kelompok anti kebangunan rohani.

Masyarakat kita mungkin takut dengan sifat eksklusif dan berbahaya dari kebangunan rohani. Namun, jika kita berdoa untuk hati yang baru, kita harus membiarkan firman Tuhan bekerja.

Kebangunan rohani akan menghasilkan sesuatu yang jauh lebih berharga daripada yang kita bayangkan, karena Roh Kudus akan memberi kita keyakinan bahwa Dia jauh lebih berharga daripada yang kita sadari sebelumnya.

  1. Kebangunan Rohani itu Mudah.

Maka firman Tuhan makin tersebar dan makin banyak didengar orang. (Kisah Para Rasul 12:24)

Ironisnya, ketika kita menyaksikan kebangunan rohani, kita melihat bahwa segala tekanan, stres, dan biaya yang harus dibayarkan terasa tidak memberatkan. Dalam Kisah Para Rasul 12, bahkan ketika Yakobus dibunuh, Petrus dipenjarakan, dan banyak pemimpin gereja diburu, Injil terus bertumbuh dan berkembang pesat. Dalam perkembangannya, semua orang dalam komunitas yang telah dibarui itu tampak sangat bahagia (Kisah Para Rasul 2:46; 8:8; 13:48, 52).

Seperti dedaunan yang diterbangkan angin kencang, hati manusia akan tersentuh dengan mudah ketika Roh Kudus turun dengan penuh kuasa. Martin Luther menyetujui itu dan inilah pendapatnya tentang penyebaran Reformasi:

“Saya hanya mengajar, memberitakan, dan menuliskan firman Tuhan; selain itu, saya tidak melakukan apa-apa. Dan ketika saya tidur atau minum bersama teman-teman saya Philipp dan Amsdorf, firman Tuhan telah menghancurkan kepausan begitu rupa sehingga tidak ada penguasa yang pernah mengalami kekalahan seperti itu. Saya tidak melakukan apa pun; firman Tuhan yang melakukan segalanya” (Luther’s Works, 51:77).

Bagaimana jika, tiba-tiba, Anda yang kehilangan minat dalam membaca Alkitab, tetapi merasakan dorongan kuat untuk menyelami teks yang biasanya Anda abaikan? Bagaimana jika Anda mengesampingkan obrolan sepele atau media sosial, tetapi mulai menuangkan hati Anda kepada Tuhan? Bagaimana jika Anda berjuang melawan kebiasaan buruk atau kebencian, dan dengan sukacita memberikan harta Anda kepada orang-orang yang membutuhkan? Sekarang, bayangkan transformasi semacam itu terjadi pada sejumlah besar orang di sekitar Anda.

Bagi seluruh komunitas, kebisingan yang datang dari dewa-dewa hiburan akan diredam oleh Tuhan yang benar, seperti berhala-berhala yang hancur menjadi debu. Mengapa? Karena kehadiran Allah itu nyata, dan ketika kita memusatkan perhatian kita pada Yesus, hal-hal duniawi menjadi suram. Kebangunan rohani mengalihkan fokus kita, tanpa terbendung, pada hal-hal yang tak terlihat.

Jika Tuhan yang memberikan kebangunan rohani, segala kemudahan yang diberikan akan mengejutkan kita. Dan kita akan merasa heran mengapa kita pernah mengabaikan kasih yang tiada henti menggedor pintu hati kita. Pada akhirnya, tak ada yang bisa mengalihkan pandangan kita dari kemuliaan Sang Raja yang hadir dalam hidup kita.

  1. Kebangunan rohani Mengejutkan.

Orang-orang Niniwe percaya kepada Allah. Mereka berpuasa dan mengenakan kain kabung, dari yang terbesar sampai yang terkecil. (Yunus 3:5)

Ketika saya bertanya, “Apa yang harus kita harapkan dari kebangunan rohani?” Seorang teman berkata, “Menurut saya, itu adalah pertanyaan bodoh.” Maksudnya, rencana Allah jarang sekali sesuai dengan harapan atau perkiraan kita (Yesaya 55:8-11). Dalam kebangunan rohani, suatu bangsa akan tersadarkan akan kebutuhan yang sebelumnya tidak mereka sadari.

Yunus adalah seorang nabi yang menolak kebangunan rohani. Bahkan, ia menuduh Allah terlalu berbelas kasihan (Yunus 4:1-2). Niniwe adalah ibukota Asyur, salah satu bangsa yang paling jahat dalam sejarah. Mengapa Allah memilih untuk membaharui mereka? Atau mengapa Allah memilih menyelamatkan bangsa kafir selain bangsa Israel (Kisah Para Rasul 18:6)? Atau mengapa Allah memilih cucu Manasye, raja Yehuda yang jahat, untuk memimpin kebangunan rohani (2 Raja-raja 21:11-13)?

Salah satu dari sedikit hal yang dapat diprediksi tentang kebangunan rohani adalah bahwa itu akan selalu mengejutkan. Baik orang-orang yang menerima kebangunan rohani maupun cara kebangkitan itu terjadi dapat mengejutkan kita.

Dari khotbah terbuka yang kontroversial George Whitefield hingga institusi-institusi penyembahan yang kontroversial selama Kebangkitan Rohani Kedua, kebangunan rohani selalu diwarnai oleh inovasi, intrik, dan kontroversi. Dalam banyak hal, kebangunan rohani baru di Amerika dibangun di atas kreativitas masa lalu; setelah Whitefield, Edwards, dan Finney, D.L. Moody dan Billy Graham menemukan cara baru untuk memodifikasi cara-cara penyembahan dan khotbah. Bahkan, kita dapat berpendapat bahwa ibadah di Universitas Asbury pada Februari 2023 adalah hasil kreatif yang mengejutkan: tanpa perangkat modern, tanpa kegemerlapan, tanpa sesuatu yang berlebihan, hanya fokus pada kebaktian sederhana dan penuh semangat.

Inti dari kebangunan rohani adalah bahwa firman Tuhan menerangi apa yang sebelumnya gelap (Yesaya 9:2). Tak diragukan lagi, komunitas yang terbangkitkan akan mengalami perubahan dalam dan luar yang tidak mereka duga. Oleh karena itu, berhati-hatilah ketika berdoa untuk kebangunan rohani. Hal itu akan membawa banyak hal yang tak terduga.

  1. Kebangunan Rohani Terjadi Secara Biasa.

Ketika raja mendengar bacaan Kitab Taurat itu, ia mengoyakkan pakaiannya (2 Raja-raja 22:11). Dalam kebangunan rohani terbesar dalam Perjanjian Lama, seorang raja muda bernama Yosia mendengar firman Tuhan dan bertobat.

Ini bukanlah sesuatu yang spektakuler atau revolusioner. Ini adalah praktik sederhana dari mendengarkan suara Tuhan yang berbicara ke dalam gereja, komunitas, atau bangsa. Ini adalah pengakuan sederhana yang disertai dengan air mata, yang meminta datangnya kebangunan rohani.

Tim Keller benar dalam mengajarkan bahwa di setiap kebangunan rohani terdapat “pemulihan Injil.” Pada zaman Yosia, umat Allah telah kehilangan sabda Tuhan; di zaman kita, kita masih dapat “kehilangan” firman yang kita miliki. Terkadang, gereja menolak untuk mendengarkan suara Gembalanya. Kita telah kehilangan, melupakan, atau mengabaikan firman-Nya dan menggantikannya dengan kata-kata kita sendiri, yang akhirnya mengundang kematian. Oleh karena itu, John Calvin menulis, “Pemulihan gereja adalah pekerjaan Allah. . . . Adalah kehendak Tuhan kita agar Injil-Nya diberitakan. Marilah kita menaati perintah-Nya, dan mengikuti [ke mana pun] Dia memanggil. Apakah keberhasilannya, bukanlah hak kita untuk bertanya”(Calvin’s Tracts Relating to the Reformation, 1:200).

Kebangunan rohani bukanlah tentang kata-kata baru; kebangunan rohani adalah tentang sebuah keyakinan yang segar dan bergairah akan sesuatu yang luar biasa: bahwa Firman Tuhan yang kekal yang dinamakan Yesus telah mati bagi kita. Itulah sebabnya, seperti yang dicatat oleh Michael McClymond, “Dalam konteks kebangunan rohani, orang-orang hampir selalu menjadi ortodoks secara teologis” (Encyclopedia of Religious Revivals in America, 1:2).

Roh Kudus tidak memerlukan tambahan baru pada firman-Nya – kita hanya perlu kembali kepada kisah yang selalu menjadi kisah yang paling menakjubkan dalam sejarah dunia. Kisah ini saja, yang tidak dicampuri oleh kita, dapat membawa hasil yang kita lihat dalam setiap kebangunan rohani.

Dan hasilnya? Sederhana: kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama. Jika kasih tidak meningkat, maka Anda tahu bahwa itu bukanlah kebangunan rohani. Itu mungkin hanya upaya untuk menciptakan kegemparan – seperti bunyi simbal.

Apakah Anda Menginginkan Kebangunan Rohani?

Beberapa kata telah digunakan untuk menggambarkan apa yang terjadi di Universitas Asbury tahun lalu. Istilah “kebangunan rohani” hampir tidak pernah digunakan. Namun, kata-kata seperti pengorbanan, kemudahan, kejutan, dan normal dapat dengan pasti menggambarkan minggu-minggu ibadah tersebut. Fokus pada kehadiran Allah yang Mahakuasa yang nyata menjadi pusat perhatian, dan di mana Dia, Paradoks Besar, menjadi pusat perhatian, kebangunan rohani dapat diharapkan.

Ketika Tuhan hadir, kehadiran-Nya sangat kuat karena Dia menuntut kita untuk menghancurkan segala sesuatu yang bertengger di takhta hati kita; dan kehadiran-Nya juga lembut karena alasan yang sama. Jika Anda ingin mengetahui apa yang diharapkan ketika kebangunan rohani datang, kenali dewa-dewa palsu yang telah menggantikan Yang Mahakudus. Kebangunan rohani adalah penggulingan berhala-berhala itu. Kebangunan rohani adalah Allah yang menyatakan diri-Nya sebagai Raja yang tak tertandingi. Kebangunan rohani adalah sekelebatan cahaya dari firdaus. Itu adalah nada awal dari sebuah lagu yang disebut surga.

Kebangunan rohani indah karena itu adalah gambaran singkat dari kehidupan di bawah otoritas Sang Raja yakni Tuhan Yesus Kristus. Namun, kebangunan rohani juga penuh tantangan karena ada kuasa-kuasa lain yang tidak menyukai kekuatan lemah lembut Tuhan kita.

Jadi, sekarang kita memiliki gambaran yang samar tentang apa yang mungkin terjadi, dan pertanyaannya: Apakah Anda menginginkan kebangunan rohani?

 

Anda diberkati dengan materi ini?
Pastikan Anda tidak ketinggalan artikel terbaru kami lainnya!
Klik untuk DAFTAR